Salam Lestari...........
Hari pembuktian angkatan XXVII akhirnya tiba juga. Setelah melewati beberapa tahapan, akhirnya hari yang ditunggu datang juga. Yaitu Pengambilan Nomor Induk Anggota. Pengambilan No. NIA itu sendiri yaitu salah satu proses untuk bisa naik tingkat dan bisa menjadi anggota penuh MPA. GHUBATRAS. Pengambilan No.NIA juga memiliki syarat tersendiri, yaitu kita harus mendaki gunung dengan ketinggian diatas 3.000 MDPL. Untuk itu, para anggota muda XXVII memilih gunung arjuno dan welirang yang ketinggiannya diatas 3.000 MDPL. Waktu yang kami butuhkan untuk menaklukkan kedua gunung tersebut selama 6 hari. Di sini, kekompakkan kita sedang diujikan. Watak dan sifat dari masing-masing peserta akan terlihat disini. Mulai dari yang manja, egois, keras, dll. Acara ini juga menghabiskan dana yang tidak sedikit, serta waktu yang lebih banyak dibutuhkan daripada poin-poin sebelumnya. Pengambilan No. NIA diikuti 11 peserta, diantara lain ; Cidomo, Bajai, Otor, Hartop, Molen, Sampan, Troli, Len,
Banser, Getek, dan
saya sendiri Cikar. Kita start dari rumah masing-masing pada tanggal 7 Oktober
2016 dan diharuskan untuk karantina peserta dan juga alat. Kita berkumpul di
Sekretariat MPA. GHUBATRAS. Hal pertama yang kami lakukan yaitu cek peserta.
Jika semua peserta sudah lengkap dilanjutkan cek logistik kelompok dan probadi.
Semua barang-barang yang dibutuhkan dikeluarkan dan dipacking di Carrier
masing-masing. Untuk packing itu sendiri, kita diajari oleh senior Pindang juga
selaku senior SLB dan DP2O. Setelah semua bisa packing dengan baik, dilanjutkan
kegiatan selanjutnya yaitu istirahat, karena acara yang sebenarnya akan dimulai
keesokan harinya.Hari pembuktian angkatan XXVII akhirnya tiba juga. Setelah melewati beberapa tahapan, akhirnya hari yang ditunggu datang juga. Yaitu Pengambilan Nomor Induk Anggota. Pengambilan No. NIA itu sendiri yaitu salah satu proses untuk bisa naik tingkat dan bisa menjadi anggota penuh MPA. GHUBATRAS. Pengambilan No.NIA juga memiliki syarat tersendiri, yaitu kita harus mendaki gunung dengan ketinggian diatas 3.000 MDPL. Untuk itu, para anggota muda XXVII memilih gunung arjuno dan welirang yang ketinggiannya diatas 3.000 MDPL. Waktu yang kami butuhkan untuk menaklukkan kedua gunung tersebut selama 6 hari. Di sini, kekompakkan kita sedang diujikan. Watak dan sifat dari masing-masing peserta akan terlihat disini. Mulai dari yang manja, egois, keras, dll. Acara ini juga menghabiskan dana yang tidak sedikit, serta waktu yang lebih banyak dibutuhkan daripada poin-poin sebelumnya. Pengambilan No. NIA diikuti 11 peserta, diantara lain ; Cidomo, Bajai, Otor, Hartop, Molen, Sampan, Troli, Len,
Hari kedua, Minggu, 9 Oktober 2016. Kita bangun dan
langsung senam pagi, setelah itu dilanjutkan masak dan packing. Setelah semua
selesai kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Hari ini kita full
tracking. Kita start di pos 1 dan akan berhenti di pos 7. Memang tidak mudah
perjalanan yang kita lalui, pasti ada saja yang trouble termasuk saya sendiri.
Diperjalanan ini, sie Kesehatan sangat berperan penting yaitu Getek dan Hartop.
Mulai dari yang Kram, kelelahan, dan lain sebagainya. Kita melewati 5 pos
sebelum sampai di pos 7. Dipos 2, kita diberi cokelat oleh sie Konsumsi yaitu
Banser. Di pos 3 perjalanan lumayan lancar. Dari pos 3 ke 4 jaraknya sangat
dekat hanya membutuhkan waktu 15 menit. Di pos 4, kita istirahat sejenak. Di
pos 5 kita istirahat untuk makan siang, dan kelompok 2 (Otor, Getek, Molen,
Sampan, Banser, Cidomo) melakukan aplikasi Ekologi dan yang lainnya menyiapkan
makan siang. Menuju pos 6 kita harus melanjutkan perjalanan dengan menaiki
tangga. Saat akan menuju pos 7, kita dihadang hujan deras, dengan menggunakan
ponco kita terus melangkah, kepeleset itu sudah menjadi pemandangan yang biasa.
Sampai di pos 7 yaitu Jawa Dipa, kita diharuskan langsung mendirikan tenda
dikarenakan cuaca yang semakin memburuk. Kita bermalam di pos 7 dengan keadaan
badai. Angin kencang yang menyerang mengharuskan kita semua berdiam dan
istirahat di tenda masing-masing. Baju yang kami gunakan juga basah semua.
untuk malam harinya jadwal untuk makan, evaluasi dan brifing ditiadakan. Kami
semua total istirahat didalam tenda. Hari kedua pendakian ditutup dengan badai.
Hari ketiga, Senin, 10 Oktober 2016. Setelah bangun, kita
semua memulai aktivitas dengan menjemur pakaian.meskipun waktu hanya sedikit,
tapi lumayan untuk pengeringan baju. Kita memasak bersama-sama. Setelah makan,
kita packing dan persiapan tracking lagi. Kita tinggal menuju puncak. Ditengah
perjalanan saat mendekati shelter 2, kita dihadang oleh cuaca yang sama seperti
malam sebelumnya, yaitu badai untuk yang kedua kalinya. Kita wajib mendirikan
tenda dan berlindung meskipun jadwal untuk istirahat masih lama. Korlap yaitu
Bajai langsung mengganti randown, kita akan istirahat langsung dan akan
tracking pada malam hari kalau cuaca memungkinkan. Tetapi apa mau dikata,
semakin malam cuaca semakin memburuk. Jadi jadwal tracking malam resmi
dibatalkan. Kita tracking menuju puncak pada pagi hari, seperti biasanya. Untuk
menuju puncak, sebenarnya tracknya sudah melelahkan. Kita harus melewati 2
bukit sebelum melipir menuju puncak. Sebelum menuju kita masih bisa menikmati
pemandangan kota malang dan bunga edelweis yang wangi. Setelah melewati track
yang berat dan kabut yang menemani perjalanan, kita akhirnya sampai pada puncak
Ogal-Agil gunung Arjuno. Kita langsung menyiapkan bendera dan banner dan
Upacara. Setelah itu, kita upacara. 1 gunung akhirnya sudah kita taklukkan,dan
perjalanan kurang setengah lagi. Ketika semuanya sudah terlaksana, kita langung
turun melalui jalur Tretes. Kita juga melewati makam di jalur ini. Kita turun
melalui jalur gunung Welirang. Saat turun, kita istirahat di watu gede, dan
makan di Lembah Kidang. Di Lembah Kidang ini, kelompok 1 melakukan aplikasi
Ekologi untuk yang kedua kalinya. Kita tracking malam, melewati Pondokan
penambang belerang, dan istirahat sejenak di kop-kopan. Meskipun kondisi sudah
diluar batas, kita langsung turun ke bawah. Track yang kita lalui murni jalur
makadam, dengan kondisi hujan, kita melewati satu persatu bebatuan makadam
hingga sampai di bawah tempat kami camp. Sesampai disana, kita langsung membuat
camp dan istirahat. Perjalanan hari ketiga, kami tutup dengan Lelah.
Hari
selanjutnya, Saat kita sudah bersiap-siap untuk ke pos perijinan gunung
Welirang kita mendapat kabar bahwa gunung yang dikelola oleh Tahura R. Soerjo
ditutup dengan alasan cuaca. Setelah kita berembuk kita memutuskan untuk
pulang. Karena semuanya sudah putus asa, sudah lelah. Diklatsar juga sudah
menyerahkan semua keputusan ditangan kita. Akhirnya keputusan sudah kita dapat,
dan kita turun ke pos perijinan. Sampai di pos perijinan kita masak dan makan.
Ketupel segera menghubungi Ketua Umum dengan keputusan ini. Tetapi, Ketum tidak
mengijinkan kalau pulang sebelum waktunya. Pak tum memberi memberi opsi dengan
mengganti gunung, yaitu dengan menggantinya dengan gunung penanggungan dengan
jalur Tamiajeng dan pulangnya lewat jalur Jolotundo. Karena waktu sudah mepet,
akhirnya kita menyepakatinya. Kita berangkat dari Tretes menuju Tamiajeng
menggunakan angkutan. 11 orang peserta dan 5 senior pengantar yaitu Senior
Raceng, senior Kirun, Senior Tengu, senior Pindang, dan senior Kentay. Setelah
mengurus perijinan, kita presentasi proposal dadakan mengani rencana kedua ini.
Korlap langsung mengganti randown secara keseluruhan. Setelah proses
administrasi dadakan sudah beres, kita mulai tracking. Target istirahat di pos
bayangan gunung Penanggungan. Kita mulai tracking pelan-pelan karena kondisi
Molen sudah mulai melemas, dan di pos 3 dia sudah ngedrop. Karena banyak yang
menyemangati, akhirnya kita semua bisa melanjutkannya dengan pelan. Kita sampai
di pos bayangan tengah malam. Langsung mendirikan tenda dan masak. Dengan cuaca
yang hampir sama di gunung Arjuno, kita makan dengan cepat dan langsung
dilanjutkan dengan evaluasi dan brifing. Setelah semua jadwal sudah terlaksana,
kita semua istirahat. Hari ini, kita tutup dengan mulai bernafas lega karena
perjalanan tinggal besok.
Keesokan
harinya, kita bangun dan packing dengan cepat, dilanjutkan dengan masak-makan.
Setelah itu, kita mulai mendaki dari pos bayangan menuju puncak. Perjalanan
tinggal sedikit lagi. Hingga semua tiba dipuncak baru kita bisa bernafas lega
semuanya. Kita upacara dengan ditemani kabut pagi hari. 11 orang bisa melewati
semua ini dengan kendala yang bisa dilewati juga. Lelah? Jangan tanya. Emosi?
Jangan diragukan. Tangis? Jujur, ini bukan tangisan buaya. Semuanya
mengeluarkan air mata, termasuk untuk senior pengantar juga. Termasuk saya,
yang termasuk orang yang cengeng. Kita juga menjalani prosesi potong rambut
yang langsung dipegang DP2O. Setelah semuanya selesai, kita turun lewat jalur
Jolotundo. Tidak sesuai bayangan. Ini jalur entah apa namanya. Jauh, sulit,
berat. Kaluh kesah selama perjalanan sudah pasti ada. Termasuk dari senior
pengantarnya. Kita tiba di pos perijinan Jolotundo pada sore hari. Langsung
mandi, bersih-bersih, dan pulang. Kita pulang naik angkutan umum dan langsung
menuju Terminal Bungurasih. Diterminal Bungurasih kita tidak langsung mendapat
karena waktu yang sudah malam. Sampai kita dapat bis tetapi tidak ada yang
kebagian tempat duduk. Ada yang berdiri separuh perjalanan, ada yang berdiri
hingga pelabuhan perak. Sesampainya dipelabuhan perak, kita langsung membeli
tiket dan menunggu kapal, untungnya kita masih mendapat kapal terakhir.
Istirahat sejenak dikapal dan langsung turun sesampainya di Kamal. Kita sedikit
mendapat kendala saat menghubungi supir angkot, karena waktu sudah malam.
Akhirnya kita mendapat angkot terakhir dan langsung menuju pertigaan kampus.
Kita langsung turun dan menggunakan baju diklatsar. Kita dijemput oleh senior Lumpur
dan senior Raporap. Entah apa kejadian selanjutnya. Segala pikiran positif kita
penuhi otak kita, kita usir pikiran negatif. Kita berjalan dari pertigaan
kampus menuju Sekretariat MPA. GHUBATRAS.
Untuk
saudaraku, seperjuangan. Terima kasih untuk 6 hari ini. 6 hari yang penuh
dengan rasa. Mulai dari senang, sedih, tawa, tangis, keluhan, kesakitan. Terima
kasih, sudah segan melewati 2 badai digunung. Menurut saya kita sudah kompak,
memang untuk mempunyai 1 pemikiran untuk bergabung itu susah. Tapi, nyatanya
kita bisa kok. Bukan masalah terget, yang terpenting adalah kekompakkan dan
kebersamaan bersama kalian. kalian hebat, meskipun banyak sekali perbedaan
diantara kita. Tidak penting siapa yang berhasil mendapat NO. NIA pertama, yang
penting kita bisa berangkat dan pulang dengan selamat. Sekali lagi TERIMA KASIH
BANYAK. Kalian semua LUAR BIASA.
Kalian saudarku, kalian
keluargaku
Cidomo, Bajai, Otor,
Hartop, Banser, Troli, Len, Molen, Sampan, Getek, Cikar
XXVII MPA. GHUBATRAS
Good luck
#PDD NIA(Cikar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar